Senin, 11 Februari 2013

Makam Tirto Kalah Terkenal dengan Anak Dewi Yull


Makam Tirto kalah terkenal dengan anak Dewi Yull 
Makam Tirto Adhi Soerjo di Bogor. 
 
 
Matahari sudah tinggi di pemakaman umum Belender, Tanah Sereal, Kota Bogor. Sejumlah penjaga makam memilih berteduh di rimbunnya pepohonan.
Saat ditanya letak makam pahlawan nasional dan perintis pers Indonesia Tirto Adhi Soerjo, mereka mengerenyitkan kening.

"Kalau pahlawan ada beberapa. Dilihat dulu saja, mungkin itu namanya," kata Ahmad kepada merdeka.com pekan lalu.

Tiga makam pahlawan itu ternyata makam pejuang. Ada tanda bambu runcing, menandakan identitas mereka. Tapi bukan Tirto.

Tiba-tiba teringat sesuatu. Anak Dewi Yull dimakamkan satu kompek dengan Tirto.

"Kalau makam Gizka Putri, anaknya Dewi Yull di mana?"

Mendengar itu mereka langsung paham. Dua orang penjaga makam mengantarkan merdeka.com ke sebuah komplek makam. Ada sekitar 22 makam di sana. Makam Tirto berada di tengahnya. Makan ini cukup mewah, rata-rata semua makam dilapisi keramik berwarna gelap.

"Kalau di sini dikenalnya makam keluarga Pak Norman Sasono. Mantan komandan Paspampres. Beliau itu ayahnya Pak Marciano Norman yang kini jadi Kepala BIN," kata salah seorang penjaga makam.

Ternyata ada penjaga makam khusus untuk komplek makam ini bernama Rohman. Rohman dipercaya keluarga Marciano Norman untuk mengurusi komplek makam ini. Ibunda Marciano Norman, Atina Norman adalah putri dari RM Priatman, anak Tirto Adhi Soerjo.

"Dewi Yull juga masih cucu RM Priatman," kata Rohman.
Di Makam Tirto tertulis RM Djokomono Tirto Adhi Soerjo, pahlawan nasional, perintis pers Indonesia dan penerima bintang mahaputra adiprana. Lahir di Blora 1875 dan meninggal di Jakarta 7 Desember 1918. Dimakamkan kembali 30 Desember 1973.

Setelah kehilangan semua surat kabar dan dikriminalisasi Belanda, Tirto kehilangan semangat hingga akhirnya tewas dalam kesepian di sebuah kamar hotel di Jl Kramat. Hanya beberapa orang yang mengantarkan Tirto ke pemakaman di Mangga Dua, Jakarta Utara. Makam itu dibongkar tahun 1973, untuk dibangun mall. Jenazah Tirto pun dipindah ke Bogor.

Rohman mengaku diberi uang Rp 200 ribu per bulan untuk menjaga dan membersihkan makam di komplek itu. Baru-baru ini dia juga mendapat tunjangan Rp 250 ribu dari Dinas Sosial sebagai penjaga makam Tirto.

"Saya baru tahu kalau almarhum Tirto ini pahlawan, setelah diangkat tahun 2006. Dulunya saya tidak tahu," kata pria kelahiran tahun 1969 itu.
Rohman mengaku tak banyak orang berziarah ke makam Tirto. Paling-paling hanya keluarga setiap mau Ramadan.

"Kalau pejabat sepertinya tidak pernah," kata Rohman.

Maka di sanalah Sang Pemula beristirahat setelah lelah membela bangsanya. Kuburnya bukan di tempat para pahlawan. Di tengah-tengah rakyat yang dulu dibelanya. Sebagai bangsa terprentah di Hindia Olanda.


Sumber: Merdeka.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar