Senin, 11 Februari 2013

Erotisnya Kisah percintaan Para Nyai Karangan Tirto


Erotisnya kisah percintaan para nyai karangan Tirto 
 
 
Surat kabar Medan Prijaji yang diterbitkan Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo tahun 1907 tak hanya berisi kritik untuk pemerintah kolonial. Ada juga cerita-cerita roman yang dimuat bersambung. Awal abad 20, rata-rata setiap surat kabar punya cerita fiksi yang dimuat bersambung. Cerita roman yang ditulis Tirto merupakan gambaran kehidupan masa itu.

Tema soal kisah cinta para nyai dengan segala intriknya menjadi salah satu yang digemari. Masih ingat kisah Nyai Dasima yang ditulis Francis tahun 1896? Kisah legendaris itu pun berkisah seputar kehidupan nyai.

Nyai merupakan panggilan bagi wanita yang menjadi simpanan. Mereka adalah gundik yang seringkali tidak dinikahi. Bukan hanya orang Belanda yang memelihara nyai. Kebiasaan ini juga menular pada priyayi pribumi dan orang-orang kaya bumiputera.

Sastrawan Pramoedya Ananta Toer dalam buku Sang Pemula turut menyertakan karangan roman Tirto. Diakui memang saat itu cukup banyak bumbu seks dalam gaya penulisan roman. Tentu saat itu, bukanlah pornografi tetapi dianggap hal yang lumrah dalam masyarakat.

"Memang Tirto Adhi Soerjo seorang pencerita tentang kehidupan nyai-nyai yang semasa hidupnya merupakan golongan masyarakat yang ada, yang terlalu biasa dan diterima keberadaannya oleh umum. Cerita-cerita tentang kehidupan inter-rasial di Hindia dalam melayu lingua franca dari abad ke-19 dan sekitar abad ke-20 didominasi oleh cerita tentang nyai-nyai," kata Pramoedya.

Contoh karya roman Tirto adalah Cerita Nyai Ratna yang dimuat bersambung dalam Medan Prijaji tahun 1909. Mengisahkan Ratna, seorang istri setia yang disia-siakan suaminya untuk menikahi wanita yang lebih kaya.

Ratna kemudian menjadi gundik seorang pelaut. Saat itulah dia juga memadu kasih dengan seorang siswa sekolah dokter STOVIA bernama Sambodo.

Ratna kemudian ikut tuannya ke Semarang, lalu pindah dari pelukan satu pria ke pria lain. Hingga akhirnya dia memikat seorang pria kaya bernama Van Braak yang menikahinya. Walau sudah menjadi nyonya, Ratna belum puas. Dia memadu kasih dengan Karel dan akhirnya membunuh Van Braak untuk mendapatkan kekayaannya.

Lalu ada cerita Membeli Bini Orang yang dimuat tahun 1909. Tirto mengangkat cerita ini dari kisah nyata di Jawa Barat.

Ceritanya ada seorang rentenir keturunan Indo Belanda, Acte yang ngebet ingin merebut istri Haji Idris yang bernama Enceh. Acte menggunakan segala cara untuk merebut Enceh. Apalagi Enceh pun tak menolak ajakan Acte untuk mengkhianati suaminya.

Akhirnya Haji Idris terlilit hutang f 500 dan diperdaya. Sebagai pengganti hutang, Acte meminta Haji Idris menyerahkan istrinya. Enceh pun jatuh ke pelukan Acte.

Tapi ternyata Enceh memang perempuan gatal. Setelah jadi istri Acte, dia malah main gila dengan beberapa pria. Acte yang kini berada dalam kekuasaan Enceh tak bisa berbuat apa-apa selain menanggung malu.

Lalu ada cerita Busono yang terbit tahun 1912 dan tidak tamat karena pada tahun yang sama Medan Prijaji dibredel. Cerita Busono merupakan semi otobiografi Tirto.

Satu hal yang disoroti Tirto adalah kebiasaan siswa Stovia main-main dengan nyai. Para calon dokter muda ini menjadi piaraan para nyai yang akan menghadiahi mereka dengan uang, makanan dan juga seks. Di sela-sela pengajaran yang membuat pusing, hubungan para pemuda ini dengan para nyai menjadi hiburan tersendiri.

Sayangnya tak semua karya fiksi Tirto dalam buku Pramoedya ini lengkap. Pram sendiri mengaku ada bagian-bagian yang hilang. Padahal selain berita-berita, karya roman Tirto juga penting untuk mengetahui keadaan sosial budaya di Hindia Belanda awal abad 20.


Sumber: Merdeka.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar